Author Contact Me Disclaimer

Welcome! Click the box above for more info. :) Enjoy your stay!

Follow Me!!


Memories



Newer Posts || Older Posts

Leave A Message?

Credits
A Round of Applause to the following
Designer: Cynna
Image: Cyworld KR
Host: Blogger
Scripts : Dynamic Drive
Modification: ariadneLacie
© 2013

Conveying Feelings.
Written @ 1:31 AM
Jika suatu hari kau membaca ini...
Mungkin kau bisa berbagi denganku apa yang kau rasakan setelah membaca tulisan ini.

.
.

Salah satu hal yang menyesakkan adalah sesuatu bernama 'perasaan yang tak tersampaikan'. Kata-kata tersebut terpendam dalam palung asamu yang tanpa dasar. Menimbulkan perasaan sesak karena kata-kata tersebut terus terngiang dalam kepalamu.

Dalam kasusku sendiri, memangnya apa, ya, sesuatu yang tak terjamah dalam hatiku ini?
Entahlah, jika sudah seperti ini aku pasti meracau dalam tulisanku ini. Tapi aku harap kau tetap melanjutkan membacanya.

.
.

Listen to my story.
This maybe our last chance.

.

Aku ingin bertanya.
Apa yang kau pikirkan tentangku sekarang? Apakah kau membenciku? Atau apa?

Kau tahu, aku sudah memperjuangkan sebisaku agar 'akhir' kita waktu itu baik-baik. Karena jika berakhir dengan tidak baik, aku tidak mau kita menjadi musuh. Menyedihkan, bukan, jika seperti itu. Tetapi sepertinya kelanjutannya tidak terlalu seperti yang diharapkan. Things will never be the same? Yeah, dan itu berarti sesuatu akan menjadi lebih baik, atau lebih buruk. Tak bisakah aku memilih akhir 'menjadi lebih baik' ?

Aku sudah memberikan hal yang kau inginkan, kan.
Kebebasan. Bebas untuk dekat dengan siapapun, tanpa harus mendapat kesinisanku. Aku pun tak melakukan hal-hal yang buruk semacam meneror you-know-who. (Meskipun yah, for your information, dulu pernah ada kesepakatan bahwa jika sesuatu semacam ini terjadi maka hidupnya tak akan tenang--entah ini bercanda atau tidak, aku tak tahu. Intinya ini tidak akan terjadi, kok.)
Mengenai kesempatan yang kau minta, (tunggu, kau memang meminta kesempatan padaku, kan?) sejujurnya aku sudah memberikan peluang bagimu untuk mengambil kesempatan itu dariku. Sudah kubilang kan, carilah kesempatan itu, jangan minta. Maksudnya, jangan minta doang, tapi perjuangkan kesempatan itu dengan mencarinya, dong. Dan mungkin kesempatan itu sempat menghampirimu.
Ingat saat kau melihatku di bazaar seorang diri? Aku merasa kau memperhatikanku--dan sempat agak mengikuti--tapi entah iya atau tidak. Itulah kesempatan yang kuberikan padamu--yah, jika di saat itu kau memang masih menginginkan kesempatan itu dariku. Tapi, nyatanya kau hanya membiarkanku melengos begitu saja. So?

.
.

Tentangku sendiri. Karena aku sudah bertanya, aku akan memberikan sedikit penjelasan tentangku.
Meskipun sebenarnya lebih enak jika ngomong langsung, tapi mungkin saja kita tidak memiliki waktu untuk itu.

Apa yang kurasakan padamu sekarang?
Tentu aku tidak membencimu, atau dendam. Aku juga tidak menyalahkanmu. Karena aku juga tak tahu, apa alasanmu melakukan semua hal yang sudah menyakitkan hatiku itu. Apakah hal sepele semacam kau berpaling? Atau hal rumit di mana aku yang menyakiti hatimu duluan?
Aku tidak tahu.
Mind to explain?

Tapi tenang saja.
Seperti sudah kubilang, kan. Aku sudah mengikhlaskan semuanya. Semua sakit hati yang kurasakan, untuk menguap di udara tanpa harus ada hal semacam 'balas dendam'. Kau tak perlu khawatir, aku tidak akan menjadi orang yang menghalangimu, atau menghalangi you-know-who---screw it, sebut saja namanya--lana, untuk masuk surga. (Karena guru PKn-ku selalu membahas tentang, 'jika kalian melanggar peraturan, maka ibulah yang akan menjadi orang pertama yang menghalangi kalian masuk surga.')

...
Hah.
Tapi sepertinya aku tidak akan benar-benar lega sampai aku menceritakan tentang apa sebenarnya yang membuatku sangat sakit hati sampai memberiku kekuatan untuk mem-publish post ini dan post yang sebelumnya. Tapi bersyukurlah, rasa sakit hati itu yang telah membuatku sampai pada resolusi 'mengikhlaskan'.

.
.

Lagi-lagi tentang asumsi, sih. Tapi bahkan temanku menyadari hal ini lebih dulu, hanya saja ia tidak mengatakannya padaku karena ia bilang itu masih perkiraan.

Dan bodohnya kenapa aku baru menyadarinya baru-baru ini.
Entah bodoh, entah rezeki, sih. Jika aku menyadarinya di waktu lama, mungkin kita tidak akan berakhir secara damai.

Perlu kujabarkan secara jelas atau tidak?
Intinya tentu saja lagi-lagi tentang lana. Dan bio twitter-mu. Singkatan, bukan?
Maafkan jika asumsiku salah, karena kami para pe-asumsi hanya ber-asumsi, bukan asal tuduh. Karena itu aku tanya padamu sekarang. Benar, tidak?

Hal itulah yang membuatku sadar bahwa aku sudah tak punya hati lagi untuk pecah. Hanya kehampaan yang menyakitkan yang ada, yang berusaha kuisi dengan membuat duniaku sendiri melalui musik dengan headset dan volume maksimal.

...
Kau tahu, karena hal ini, aku heran kenapa kau masih meminta kesempatan lagi.
Bukankah kau sudah menemukan penggantiku, berarti?

.
.

...
Jika kau sekarang sudah berbahagia, maka aku turut senang.
Jika kau sekarang masih berduka, aku masih mendoakan agar yang terbaiklah yang selalu kau dapatkan.

Bukannya aku belum move on, hanya saja prinsip-ku adalah move on bukanlah sesuatu yang harus dipaksakan, karena aku takut nantinya hanya akan jadi pelarian.
Entah apa yang akan terjadi denganku dan hatiku--kurasa aku harus mulai mencari serpihannya lagi--setelah ini. Tapi kurasa akan ada sedikit rasa lega yang datang, karena akhirnya unek-unek terakhirku berhasil tersampaikan di sini.

Semacam surat wasiat, ya? Haha.

Ngomong-ngomong soal surat wasiatku, sepertinya itu berada pada drafts blog ini, atau dalam binder-ku. Jika aku meninggal, dan kau masih ingat, aku harap kau sempat membacanya. :))

.
.

Sebagai seorang penulis yang membenci cerita romance, aku tidak pernah menyangka akan menjadi bagian dari sebuah cerita romantis-melankolis-cengeng macam ini. Dengan aku sebagai tokoh utamanya, pula.

Sebagai orang dengan pemikiran rasionalitas sempurna, aku sendiri tak mengerti kenapa aku bisa menjadi sebaik ini.

Entah aku yang terlalu baik atau apa, tapi aku senang menjadi orang baik.
Jika perbedaan terlalu baik dan bodoh itu tipis, sepertinya aku lebih memilih untuk tidak menjadi pintar agar tidak menjadi jahat.
Semoga kau pun bisa menjadi orang baik. :)

That's the least I can wish, since I think just cannot wish something much.

.
.

Jika aku memang Rukia, apakah kau adalah Ichigo yang akan memandangku dengan tatapanmu yang dulu ketika aku muncul kembali di hadapanmu setelah berpisah selama 17 bulan?

Apapun yang akan terjadi setelah ini.
Aku harap ikatanku denganmu adalah...

...
...
sincerely.
aL

.
.

P.S.
Kau ingin tahu bentuk penghormatan paling simple dan jarang disadari oleh orang dari Jani pada seseorang? Dengan menggunakan huruf kapital yang benar pada penulisan namanya.
Jadi, jika Jani sedang kesal atau tidak menghormati orang itu, ia tidak akan menggunakan huruf kapital yang benar dalam penulisan namanya. Atau, jika orang tersebut bukanlah orang yang cukup spesial, maka penggunaan huruf kapitalnya juga tidak akan benar. :))
Sadar, tidak?

Hanya ingin tahu saja. :))

Labels: , , , ,

Click to Comments! (4) | back to top

------------------------------------------